Jumat, 30 Oktober 2009

Yenny

Suatu malam aku di telepon oleh saudara perempuanku yang bernama Yenny. Dia adalah anak dari adik perempuan ibuku. Umurnya 4 tahun lebih tua dariku. Hubungan keluargaku dengan keluarga adik ibuku lumayan dekat dan akrab.

Malam itu adalah Jumat malam kira-kira pukul 23.00, aku diminta tolong untuk menjemputnya di sebuah cafe di salah satu hotel berbintang 5. Salah satu temannya mengadakan acara pesta ulang tahun. Karena tidak ada yang bisa menjemput maka aku dimintai tolong. Orang tuanya sedang pulang kampung dan suaminya sedang dinas di luar negeri. Padahal aku sendiri juga ada janji kumpul bareng teman-teman dan menginap. Aku berpikiran, hanya menjemput dan mengantar pulang saja tidak akan makan waktu lama, apalagi sudah tengah malam, aku masih bisa menyusul teman-temanku yang sedang dugem. Setelah kuparkir mobilku di basement, aku langsung naik elevator dan menuju lantai 3 tempat cafe itu berada dari depan dapat kudengan dentuman suara musik dance yang cepat. Suasana di dalam gelap, hanya ada beberapa penerangan di sudut-sudut ruangan. Aku berkeliling mencari Yenny. Ternyata dia sedang di lantai bernari dengan sedikit liar bersama teman-teman wanitanya. Ada beberapa yang seksi dan menarik perhatian ku. Tapi tujuan utama ku adalah mengantar Yenny pulang dan bergabung kembali dengan teman-temanku.

"Yenny!", Seruku.
Ternyata dia tidak mendengar karena musik yang dimainkan sangat keras. Kupegang pundaknya, ia pun menoleh dan langsung mengenaliku.
"Indra...!", Sapanya.
Aku dapat mencium bau alkohol dari mulutnya, dan dia memang terlihat sangat mabuk.
"Kapan datangnya? Sudah lama?", tanyanya sambil bergoyang mengikuti alunan musik.
"Baru sampai, Sudah jam 11 lewat nanti Jimmy marah loh kalo pulangnya kemaleman.", Jawabku sambil sedikit berteriak.
"Iya aku tahu... Sebentar ya...", Yenny meninggalkanku dan berpamitan pada teman-temannya.
Tidak lama kemudian, Yenny menghampiriku dan kami pun meninggalkan tempat pesta itu. Setelah berjalan beberapa langkah, Yenny kehilangan keseimbangannya dan hampir terjatuh. Secara reflek aku memegang lengan dan pinggangnya.
"Apakah kamu baik-baik saja?", tanyaku.
"Iya... Tidak apa-apa koq..", jawabnya.
Karena takut dia jatuh, maka aku terus memegangi pinggang dan lengannya.
Setelah sampai di mobil, langsung kunyalakan mesin dan kuarahkan ke rumahnya. Tidak sampai lima menit, Yenny telah tertidur dengan pulas.

15 menit kemudian aku telah sampai di rumahnya. Aku coba untuk membangunkannya, tetapi tidak bisa. Yenny benar-benar tertidur lelap sekali.
Ku buka tas tangannya dan kuambil kunci rumahnya. Terpaksa aku menggendongnya ke dalam rumah.
Kubaringkan dia di ranjangnya dan timbul sebuah ide di dalam kepalaku. Aku telah bersusah payah menggendongnya ke kamarnya yang terletak di lantai 2, seharusnya aku mendapatkan imbalan yang setimpal. Imbalan yang kuinginkan tidak lain adalah kepuasan duniawi untuk penisku.
Aku langsung membongkar lemari pakaiannya. Tanganku meraba-raba celana dalamnya yang semuanya berukuran mini dan halus dengan berbagai warna, seleranya memang bagus. Kuambil satu yang berwarna kulit dan kuhirup dalam-dalam. Tidak tercium aroma dari vaginanya, tapi cukup untuk membuatku bergairah. Aku berpaling ke arah Yenny, dia masih tertidur. Tiba-tiba saja aku tersentak dan langsung aku kembali membongkar-bongkar lemari bajunya. Akhirnya aku menemukan apa yang kucari, namun terdapat juga sedikit rasa kecewa. Dengan tangan yang sedikit bergetar kuangkat harta karun ku. Kubuka lipatannya dengan perlahan, terbentanglah sebuah stocking nylon berwarna kulit yang sheer toe dan lacy top ( transparan sampai ujung kaki dan pengikatnya berupa renda-renda yang seksi ). Penisku langsung berereksi dengan kuat. Langsung otaku memerintahkan seluruh tubuhku untuk masturbasi sambil mengenakan stocking dan celana dalam Yenny.

Sekali lagi kuperhatikan Yenny yang sedang tidur, kemudian aku masuk ke kamar mandi dan melepaskan semua pakaianku. Perlahan-lahan ku tarik stocking tersebut sampai ke tengah pahaku. Seluruh tubuhku diselimuti oleh getaran-getaran erotis ketika stockingnya bergesekan dengan kulitku. Demikian pula ketika celana dalamnya menyelimuti selangkanganku, pantatku dan buah zakar ku. Celananya terlalu kecil sehingga tidak dapat menyelimuti penisku, tapi ini memudahkanku untuk bermasturbasi. Akan lebih nikmat lagi jika ada sebuah celana dalam lagi untuk membalut kejantananku, maka akupun keluar dari kamar mandi dan kuambil sebuah celana dalam lagi yang berwarna merah muda. Langsung kubalutkan pada penisku. Ku kocok penisku sambil membayangkan bercinta dengan saudaraku.
Tanpa sadar aku menoleh ke arah Yenny dan timbul sebuah pemikiran untuk langsung bersetubuh dengannya. Namun ada pertentangan di dalam batinku. Akhirnya aku memutuskan untuk bermasturbasi dengan melihat Yenny dari dekat dan mencoba untuk menyentuhnya bila memungkinkan.

Aku berutut di samping ranjang Yenny. Dia tidur dengan terlentang, kuamati dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki. Wajahnya yang cantik dan manis, rambutnya yang sedikit dicat coklat selalu terbayang-bayang di dalam hatiku. Payudaranya yang tidak terlalu besar namun padat berisi. Gaun pestanya berwarna hitam terbuat dari sutra yang halus, hanya ada sebuah tali yang menyimpang dari pundaknya untuk menggantung gaun tersebut. Gaun sutra itu membungkus tubuhnya yang langsing dan padat dengan ketat, dan berakhir di atas lututnya. Ditambah lagi ada belahan di sebelah kanan sampai tengah pahanya menambah keseksian gaun tersebut dan tentu saja pemakainya. Kakinya padat dan proporsional di balut oleh stocking hitam yang sangat transparan dan kakinya memakai sepatu tali ( hanya ada 3 buah tali ) berwarna hitam yang menggiurkan. Kutelan ludahku, tidak dapat kupercaya saudara ku yang sering menjadi fantasi masturbasiku terbaring di hadapanku, seolah-olah mengundangku untuk menyetubuhinya. Dengan gugup jari tengah kananku menyentuh pergelangan kaki kanannya. Kuamati wajah Yenny, ternyata tidak ada reaksi. Kutelusuri tulang keringnya sampai tengah pahanya dengan jariku. Tidak ada reaksi darinya. Kugunakan telapak tanganku dan kutelusuri kembali sampai ke pergelangan kakinya. Kejantananku berdenyut-denyut dengan hebat, rasanya aku bisa orgasme dengan hanya mengelus-elus kakinya yang di lapisi oleh stocking yang halus. Berulang kali aku mengelus-elus kaki kanan dan kirinya dan sesekali memperhatikan wajah Yenny.

Kusentuh dengan ringan pipinya yang halus dan kencang, kudekatkan wajahku dengan wajahnya, sampai aku dapat mendengar nafasnya. Kukecup bibirnya dengan lembut, rasanya sungguh menghanyutkan. Kukulum dan kujilat bibirnya untuk beberapa saat, kemudian ku kecup dan kujilati dadanya. Payudaranya terasa lembut dan benar-benar pas dengan pijatan tanganku. Aku hendak mencicipinya namun gaun yang masih ia kenakan, terpaksa kukecup bersama gaunnya yang tipisdan halus. Aku tidak menyangka Yenny tertidur begitu lelap hingga tidak dapat merasakan payudaranya sedang kuremas-remas. Pertama-tama kuremas dengan pelan dan lembut, kemudian remasan ku bertambah kuat dan kuat tetapi tetap lembut, karena aku tidak ingin menyakitinya. Melihat reaksi Yenny yang tetap tidak terbangun dengan apa yang sedang kulakukan, memompa gairahku untuk bertindak lebih jauh, bahkan saat ini aku tidak perduli jika saudaraku yang cantik ini terbangun. Aku beralih ke jar-jari kakinya. Kutempelkan hidungku pada jari kakinya yang mungil yang masih terbungkus manis oleh stocking dan sepatu talinya. Kuhirup dalam-dalam, aromanya benar-benar membuat kepalaku melayang, tidak tercium bau kaki yang memuakan tetapi suatu wangi yang seksi dan menggetarkan. Ku kecup satu persatu semua jari kakinya kemudian kulahap ke dalam mulutku. Hasratku meledak saat itu juga, ku oral kakinya yang terbalut stocking hitam yang halus dan lembut. Baru kali ini aku begitu bernafsu french kiss dengan kaki perempuan. Aku tidak mau melakukannya jika pasangan seksku tidak memakai stocking tau pantyhose. Setelah puas melahap jar-jari kakinya, aku lanjutkan kecupan dan jilatanku ke pergelangan kakinya, pelan-pelan naik ke betis dan lututnya. Ku geser roknya sampai ke pertengahan pahanya. Yenny mengenakan stocking dengan bagian atas yang berenda ( lacy top ) dan benar-benar cocok di pahanya yang putih mulus. Tidak diragukan lagi, kujilati dan kukecup semua bagian pahanya.

Tiba-tiba HP ku berbunyi. Aku terkejut dan langsung berlari dan mematikan suara HP ku. Ternyata aku mendapat SMS dari temanku, dan aku baru ingat kalau aku ada janji dengan mereka. Aku tidak mungkin melewatkan kesempatan yang langka ini, meskipun tabu tetapi aku tetap ingin menikmatinya. Akhirnya kubatalkan rencanaku dengan teman-temanku. HP aku matikan, dan aku kembali menghadap Yenny yang tidur bagaikan patung. Ku kocok sebentar penisku yang sekeras batu dan kulanjutkan kembali menodai saudaraku. Siapa suruh dia begitu cantik dan merangsang gairahku. Ku angkat roknya sampai di atas lembah cintanya. Spontan saja kejantananku bergetar dengan kuat, sekujur tubuhku serasa lumpuh dengan gairah yang kurasakan. Tidak kusangka ia mengenakan celana dalam G string berwarna hitam yang sangat kecil. Bagian depannya hanya berupa segitiga kecil yang berpangkal di tempat bulu pubik tumbuh, hebatnya lagi Yenny mencukur bulunya sampai bersih. Kain yang menyentuh bibir vaginanya tidak lebih dari 2 cm sehingga terbenam di dalam bibir vaginanya yang berwarna merah muda segar. Secara tidak sadar aku melepaskan desahan nafsu dan hasratku. Kusentuh segitiga kecil yang seksi itu, bahannya benar-benar halus dan lembut. Kutarik garis lurus ke arah gua cintanya. Bagaikan petir yang menyambar tubuhku, ternyata vaginanya terasa basah dan licin. Jari tengah kananku bolak balik menelusuri garis kenikmatannya. Makin lama makin terasa basah. Madu cintanya pasti terperangkap di dalam.

Kulebarkan kedua kaki Yenny, kemudian kuposisikan diriku di tengah-tengah vaginanya. Kutempelkan hidungku dan kihirup aromanya dalam-dalam, kepalaku serasa berputar. Aromanya sungguh segar dan memabukan. Setelah beberapa kali kuhirup dan kunikmati aromanya, kujulurkan lidahku dan menyentuh bibir vaginanya. Lembut, basah dan menakjubkan. Kujilat pelan-pelan seperti anak kucing menjilati susunya. Kutelan semua madu yang berhasil dikumpulkan oleh lidahku. Makin lama makin basah, akupun sudah tidak sabar lagi, aku ingin meneguk madu cintanya. Kulahap vaginanya dan kukeringkan madu yang berceceran disekitarnya. Kugunakan jariku untuk menggeser G string nya. Mulutku langsung menampung dan menyedot madu yang mengalir dengan deras. Aku terus menyedot bagaikan vacuum. Tak dapat dihindari, suara sedotan pun terdengar nyaring. Aku tidak melihat lagi bagaimana ekspresi atau keadaan Yenny karena malam ini Aku akan bercinta dengan saudaraku. Setelah mereda, kukulum bibir vaginanya. Aku berhenti sejenak dan memperhatikan bibir vaginanya yang mekar bagaikan bunga. Kugunakan ke dua jariku untuk membuka pintu kenikmatannya, lidahku langsung menelusuri sisi dalamnya. Klitoris adalah sasaran utamaku. Kukulum dan lidahku menari dengan irama sedang. Klitorisnya tak dapat menolak ajakan dansaku dan bergerak mengikuti iramaku. Aku dapat merasakan tubuh Yenny bergetar dan sedikit bergerak. Ini adalah tanda yang bagus. Ia pasti menikmatinya. Kunaikkan iramaku dan lidahku berdansa dengan liar. Tubuh saudaraku menggeliat dan otot-otot pinggulnya bergetar. Aku semaki terpacu dan bernafsu. Kuvariasikan gerakan lidahku dan kadang-kadang ku gigit dengan lembut. Tubuh Yenny semakin tidak terkendali. Kunaikan pandangan mataku dan kulihat matanya masih tertutup, mulutnya sedikit terbuka, kepalanya bergerak ke kanan dan kiri, tangan dan kakinya pun ikut bergerak.

Aku masih ingin menikmatinya lebih lama, ku arahkan lidahku ke dalam gua kenikmatan duniawinya. Kujulurkan lidahku sejauh mungkin dan kujelajahi semua bagian dalamnya yang hangat dan lembut. Cairan hasratnya terus mengalir dan membasahi hidung dan daguku.
Yenny sangat menikmatinya sama seperti aku. Aku jadi ingin bercinta dengannya dalam keadaan sadar, pasti akan lebih seru lagi. Aku iri sekali dengan suaminya, tetapi malam ini Yenny adalah milikku. Aku kembali pada klitorisnya. Tidak lama, aku mendengar suara desahan halus yang bagaikan musik di telingaku.
Desahannya makin kencang dan cepat, pinggulnya terangkat dan otot-otonya mengejang, untuk sesaat tidak terdengar desahannya. Setelah beberapa detik pinggulnya mendarat kemabli ke kasur, Yenny kembali mendesah dengan penuh kenikmatan, otot-ototnya mengejang dan mengendur beberapa kali dan madu cintanya kembali membanjir keluar. Tidak kusia-siakan sedikitpun madu yang keluar. Badannya mulai tenang, tapi kini giliranku. Kuposisikan tubuhku di atasnya dan bertumpu dengan tanganku. Kukecup bibirnya yang sedikit terbuka. Dengan sedikit dorongan kejantananku masuk ke dalam lembah kenikmatan yang hangat. Badan Yenny sedikit terangkat laluturun lagi. Kudorong lagi penisku hingga setengah panjangnya. Yenny kembali menggeliat, dan mulutnya terbuka lebih lebar dan kepalanya sedikit terangkat. Kutarik ke luar sampai ujung kepala penisku lalu kudorong masuk lagi untuk beberapa kali, tidak ada hambatan yang terjadi, yang ada hanyalah jalan tol yang mulus.
Kali ini kudorong masuk semuanya. Vaginanya terasa kencang dan hangat. Aku tidak berani menimpanya jadi kusangga tubuh bagian atasku dengan tangan, pinggangku bergerak perlahan-lahan. Aku tidak berani terlalu cepat dan kencang, tapi aku jadi penasaran minuman beralkohol apa yang dia minum. Belum pernah aku bersetubuh dengan gerakan selambat ini, alhasil aku dapat merasakan semua sensasi yang terjadi pada waktu mendorong dan menarik. Yenny kembali mendesah.

Kuangkat kaki kanannya dan posisi Yenny bertumpu pada sisi badan sebelah kiri. Kupeluk kakinya yang menggairahkan dan kaki kiriku berada di depan, seperti posisi berlutut dengan satu kaki. Kuposisikan kejantananku pada gerbang kenikmatan cintanya dan kudorong masuk dan kutarik keluar dengan perlahan. Kubelai-belai kakinya yang mulus dan kupeluk bagaikan guling. Kembali kulahap jari-jari kakinya. Ini benar-benar menakjubkan, orgasmeku sudah berada diambang kenikmatan. Ingin sekali kukeluarkan madu murniku di dalam goa cintanya.
Kukembalikan posisi Yenny sehingga ia tidur terlentang. Kuangkat ke dua kakinya membentuk huruf V. Kutarik penisku sampai hampir keluar dari pintu surga dunianya, kemudian kudorong masuk hingga ke pangkalnya. Setiap dorongan masuk yang mantap selalu membuat tubuh Yenny menegang. Melihat respons yang indah ini, kupercepat irama percintaanku. Ternyata memang benar, tubuhnya menggeliat dengan hebat. Suara merdunya kembali terdengar menyanyikan puncak kenikmatan duniawi yang hanya dapat dicapai dengan orgasme. Tubuhnya bergetar dan berkontraksi dengan hebat, dapat kurasakan dinding-dinding vaginanya menegang dengan kuat kemudian merenggang sebentar dan menegang lagi. Aku pun semakin bernafsu menyetubuhinya.

Orgasme yang melanda Yenny sungguh hebat, meskipun tidak sadar tetapi organ seksualnya masih bekerja dengan baik. Satu dorongan, dua dorongan, tiga dorongan, akhirnya tibalah waktuku untuk menikmati indahnya dunia. Kucabut kejantananku, dan kuposisikan diriku di bawah dagunya. Tangan kiriku dengan intensif mengocok penisku yang hampir meledak. Tubuhku bergetar dengan sangat kuat, kesadaranku diambil alih oleh dahsyatnya orgasme. Kutempelkan ujung penisku pada pipi kirinya, semprotan pertamaku yang begitu kuat mencapai alisnya. Guncangan tubuhku yang kuat menggeser posisi penisku ke dagu Yenny. Disinilah aku menghabiskan empat semprotan terakhir. Lima gelombang ejakulasi yang panjang, membuat tubuhku melayang.


Setelah tenang, aku memperhatikan hasil karyaku. Ada sebuah garis putih dari alis kirinya, memanjang ke mata dan pipinya dan berakhir di dagunya. Dagunya dipenuhi oleh madu cintaku sampai mengalir sepanjang lehernya. Ada cukup banyak maduku yang mendarat di bibirnya, aku yakin ada yang masuk ke dalam mulutnya. Tiba-tiba Yenny menelannya, spontan aku terkejut dan menjadi terangsang lagi. Wajahnya yang cantik berhiaskan madu putihku membuatnya begitu cantik dan menggairahkan. Aku segera mengambil HP dan memotretnya dengan kamera HP. Kuhabiskan seluruh memory untuk fotonya. Aku berpose dengan penisku di bibirnya, dan juga ketika penisku memasuki gerbang kenikmatannya. Ini adalah koleksi yang sangat berharga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar